Hay sahabat blogger, selamat pagi. Hari ini adalah hari Senin, 31 Desember 2018. Artinya hari ini merupakan hari terakhir di tahun 2018. Banyak sekali kisah yang telah Aku lalui di tahun 2018, dari mulai kisah yang membuat urat nadi mengurat, hingga kisah yang membuat mata tak bisa menahan guyuran hujan senja. Di artikel kali ini, Aku akan membagikan kisahku selama 2018. Simak yuk, jangan lupa seduh kopinya, karena artikel ini cukup panjang.
Banjir Losari
Februari 2018 terjadi peristiwa mengerikan yang tidak akan pernah terlupakan untukku. Bayangkan saja selama 17 tahun, untuk pertama kalinya Aku melihat dan merasakan peristiwa banjir yang begitu besar. Ya, disaat peristiwa itu, Aku layaknya anak ayam yang lupa arah jalan pulang. Aku bingung seperti orang linglung, mengapa Cisanggarungku itu meraung, apakah Dia mulai lelah tak kepayang, hingga ia mencurahkan seluruh kesedihannya sehingga membuat seluruh Losari ikut menagis bersamanya. Empat kali selama satu bulan banjir terjadi karena jebolnya tanggul di wilayah Kalibuntu Bojong disebabkan oleh meluapnya sungai Cisanggarung. Itu adalah peristiwa tidak terlupakan untukku, karena pada peristiwa itu aku melihat banyak orang kelaparan, banyak orang kehilangan baju kering, banyak orang lalu lalang di jalan, banyak dermawan yang tak segan untuk memberikan separuh rezekinya kepada seluruh warga yang terkena bencana banjir baik di wilayah Losari maupun wilayah Brebes lainnya. Semoga peristiwa itu tidak terulang kembali di 2019 nanti.
Perpisahan dengan Teman Satu Angkatan di SMK
Kisahku bersama angkatanku terangkum dalam puisi yang berjudul Puisimu adalah Puisinya Puisi, dibawah ini.
Perpisahan itu bukan pilihan...
Bukan jua soal essay yang harus dicarikan jawabannya...
Melainkan sebuah keharusan...
Saat raja sinar mulai muncul dari ufuk timur...
Dia pasti akan kembali ke ufuk barat...
Saat ada sebuh pertemuan...
Pasti ada perpisahan...
Memangnya untuk apa dipertemukan jika nantinya di pisahkan?
Hemm...
Tanyakan saja pada rumput yang menari...
Atau tanyakan saja pada angin yang berdansa...
Mungkin mereka tau alasannya...
Begitu banyak kisah yg terlukis dalam seragam tua putih abu-abu...
Begitu banyak kritikan yang mendera sepanjang waktu...
Begitu banyak kicauan kata manis tak jua lupa dengan kata pahit...
Begitu banyak tingkah yang membuat urat leher mengurat...
Begitu banyak haru yang membuat mata tak mau berhenti meneteskan air...
Begitu banyak kreatifitas yang membuat hati berbunga...
Begitu banyak kisah cinta yang membuat pipi merona...
Begitu banyak orang yg merasa tak dihargai oleh kami...
Begitu banyak mulut yang mencerca tingkah kami...
Telinga ini bahkan sudah bising dengan gurauan-gurauan manis yang mengocok perut...
Kisahku dan kisahmu berbeda...
Kisahmu dan kisah kami berbeda...
Kisahnya dan kisah kita berbeda...
Ini kisah kami...
Kisah penuh sensasi dan kontroversi...
Tetapi kisah ini tak akan berlanjut...
Kisah kami akan berubah menjadi kisah saya...
Seperti ulat yang akan bermetamorfosis meninggalkan bentuk ulat menjadi kupu-kupu...
Seperti siput yang meninggalkan cangkang usangnya dan mencari cangkang yang baru...
Ya..
Seperti itulah kami...
Yang akan mengeramatkan seragam putih abu-abu kami untuk mencari seragam baru dengan kisah yang baru...
Puing-puing kertas ini akan terbang bersama angin...
Menjadi embun yang kehormatannya menguasai pagi...
Menjadi elang yang terbang dg kegagahan...
Menjadi bintang menemani malam yang kesepian...
Dan menjadi bulan yang menyinari kegelapan...
Begitu banyak kami belajar...
Tentang kesabaran...
Hubungan...
Tentang ilmu dunia ilmu akhirat....
Kepada orang tua dan guru-guru...
Maafkan kami atas semua kehilafan kami...
Terima kasih telah mengantar kami dalam proses pencarian jati diri...
Kaki ini akan menapak....
Untuk menjadi piala kebanggaan orang tua...
Untuk menjadi bunga dalam perbincangan guru-guru...
Untuk menjadi pilar kokoh bangsa dan negara...
Kamu adalah puisi orangtuamu...
Dan puisimu adalah puisinya puisi....
Inilah kisah kami...
Kisah panjang yang tak akan cukup di tulis dalam satu lembar buku...
Kisah yang akan dicari di youtube dalam beberapa tahun kemudian...
Kisah yang akan dirindukan di masa tua nanti...
Kisah yang akan selalu tersimpan dalam rak buku di dalam benak...
Selamat tinggal kawan-kawanku....
Ingatlah apabila bertemu nanti...
Mohon jangan lupakan aku...
Sampai jumpa di lain hari....
Gagak Masuk PTN
Menurutmu apa rasa sakit yang lebih besar dari putus cinta?
Bagiku patah hati yang paling sakit itu adalah gagal masuk PTN, sakitnya gagal masuk PTN itu seperti naik ke lantai 50 lalu di jatuhkan begitu saja dari atas. Ini adalah titik terendah yang pernah aku alami, di titik inilah aku bertemu dengan orang-orang yang benar-benar tulus menyayangiku, dan aku tau orang-orang yang tidak benar-benar meyayangiku.
Penyesalan besar yang aku alami rasanya belum bisa di sembuhkan. Aku menyesal karena tidak mempersiapkannya dari awal masuk SMK, seharusnya sebelum masuk SMK aku sudah tahu pandangan ke depan, seperti mau kuliah dimana, di jurusan apa, berapa passing gradenya. Itu semua penting, karena belajar Kimia, Fisika, Biologi, MIPA, itu tidak cukup dengan 10 hari saja. Aku di SMK, dan aku tidak pernah belajar Kimia, Biologi, apalagi MIPA, saat kurikulum angkatan Aku itu hanya ada Fisika. Jelas saja SMKku jurusan Teknik Komputer dan Jaringan tidak mungkin ada MIPA dan biologi, mapel kimia dihapus pada angkatanku dan ada lagi untuk 2 tahun di bawahku.
Aku masuk Bimbel di Yogyakarta 10 hari sebelum SBMPTN, pertama masuk Bimbel Aku dikagetkan dengan anak-anak disana yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, dan lebih kaget lagi saat Tentor (sebutan untuk guru di bimbel) masuk kelas, lalu mengajar Kimia dengan sangat cepat. Bagaimana Aku tidak melongo, melihat cara bicaranya saja sudah menganga, karena hanya hitungan detik saja. Keesokan harinya, lembaga bimbel itu langsung mengadakan Try out SBMPTN kedua, yang pertama Aku ngga ikut gays. Soalnya, Subhanallah indah sekali kawan, hanya bagian yang aku pahami saja yang diisi dengan benar, yang lain silang cantik aja. Keluarlah hasilnya, Aku hanya dapat 21 %, teman-teman lainnya dapat 23 %.
Seminar SBMPTNpun aku ikuti, hingga sampailah pada tanggal yang di tunggu-tunggu 8 Mei 2018. Ujian SBMPTN telah tiba, dan aku mengerjakannya dengan penuh percaya diri. Golongan IPC yang Aku pilih, sehingga ujianku dilakukan 2 kali. UGM dan UNDIP kampus incaranku, sehingga aku berusaha keras selesai tepat waktu dan mendapat hasil yang memuaskan. Walaupun nyatanya ekspektasi tak sesuai harapan, setelah semua perjuangan, Aku dinyatakan gagal 3 kali berturut-turut. Sakit memang, sakit tidak berdarah, kecewa, down berat, dan patah hati yang sulit terobati.
Masuk UMUS
Setelah kegagalan yang bertubi-tubi, akhirnya kisahku mencari kampus impian berakhir di UMUS Brebes. Sebelumnya aku Salat Istikharah selama satu minggu, lalu aku ditawari masuk UMUS dengan jaluk Bidikmisi. Aku punya satu puisi, lihat dibawah ini ya.
DIBALIK KISAH GAGAL MASUK PTN
Ku tulis beberapa penggal kata dari secarik kertas putih...
Apa isinya?
Entahlah bulan yang merindupun tak akan tau isi sesungguhnya...
Hujan bulan juni...atau embun yang bersembunyi di balik rumput hijau...
Ranting itu jatuh...
Kadang-kadang ia jatuh karena sapuan angin...
Atau karena lelah berkelahi dengan daun...
Ada teka-teki dari sebuah hujan...
Sebelum turun dia menciptakan petir...
Setelah turun dia menciptakan pelangi...
Ya memang benar...
Terjadi badai besar di dalam diriku...
3 kali kegagalan dari diriku...
Gagal masuk PTN dari 3 jalur...
Ya...
Hancur...
Seperti saaat kita membuat rumah pasir pinggir pantai lalu di sapu oleh serbuan ombak...
Hancur dan lenyap seketika...
Dalam istikharah aku berdo'a...
Dimana jodohku?? Jodoh jalan hidupku. Jodoh dimana engkau takdirkan aku untuk menuntut ilmu disana...
Dimana jodohku?? Jodoh jalan hidupku. Jodoh dimana engkau takdirkan aku untuk menuntut ilmu disana...
Dan Allah menjawabnya dengan sangat romantis...
Bukan dengan mimpi...
Tapi dengan kejutan nyata...
Bahwa ada bidikmisi di universitas muhadi setiabudi brebes...
Asalkan pintar dan niat kuliah...
Ku cari jodoh universitasku sampai ke Jogja sana, namun ku dapat jodohku dari tanah Brebes ini...
Ya kadang-kadang Allah menciptakan badai besar untuk sebuah pelangi...
Kadang-kadang aku iri dengan matahari...
Dia sering dihianati mendung, namun tetap setia terbit setiap pagi dan kembali setelah senja...
Aku pernah meminang Universitas Gadjah Mada dengan ucapan bismillah...
namun aku di tolak...
Lalu kusadrahkan separuh cintaku ini untukmu UMUS yang telah Allah pinangkan khusus untuk diriku...
Back To Jogja
Setelah beberapa Bulan meninggalkan Jogja, akhirnya kemarin 28 Desember 2018, Aku mendapatkan kesempatan untuk kembali singgah ke Jogja. Ada rasa bahagia yang tak bisa diungkapkan, Aku seperti sedang berada di atas taman bunga yang indah, lalu menari diatasnya. Setelah bertahun-tahun akhirnya Aku berjumpa lagi dengan Candi Borobudur, yang sudah mengalami banyak renovasi untuk kenyamanan pengunjung. Untuk pertama kalinya Aku ke Pantai Parangtritis. Untuk pertama kalinya aku ke Malioboro, malam minggu di Malioboro ternyata sangat ramai dengan pengunjung, sampai jalan saja harus berdesakan. Ya, akhir tahunku di tutup dengan liburan ke Jogja, kota pendidikan, kota yang penuh kenangan, kota yang gagal menjadi tempat persinggahan. Aku mencintai Jogja, jika ada kesempatan aku ingin kembali lagi, dan lagi ke Jogja.
Liburan kali ini adalah liburan yang paling berkesan untukku, karena disaaat ini Aku bisa mengelilingi Jogja bersama keluarga. Jogja itu indah, tak heran jika banyak orang yang rela meninggalkan kota asalnya untuk singgah di Kota Pendidikan ini. Mimpiku untuk mengenyam Pendidikan di Kota Pendidikan belum berakhir. Percobaan pertama Aku gagal, mungkin di percobaan selanjutnya Aku berhasil. Dulu, Aku pernah berjanji pada Jogja bahwa Aku akan kembali sebagai mahasiswi. Kemarin Aku kembali, sebagai Mahasiswi, walaupun bukan Mahasiswi dari Kampus impian. Aku datang setelah menjadi Mahasiswi UMUS Brebes selama hampir 1 semester. Aku mencintai UMUS, dan Akupun mencintai Jogja.
Inilah kisahku selama 2018, kadang kita perlu mengemas pakaian untuk mendapatkan pengalaman yang serupa anak semut dalam cangkang rumah dalam daun. Semoga di tahun 2019 nanti, akan ada kisah yang lebih seru dari kisah 2018, bukan kisah haru, melainkan kisah yang dapat menarik bibir membentuk lekukan indah dipandang mata. Mari berevolusi menjadi yang lebih baik, move on gays, tinggalkan orang-orang yang telah menyakitimu. Jadilah sukses, agar orang yang telah menyakitimu menyesal.
Terima kasih telah membaca, mari tulis pengalamanmu, karena untuk menjadi abadi dalam sejarah, maka menulislah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar